Skip to main content

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Asmaul Husna - Ar Rozzaq (Yang Maha Penabur Rezeki) - (ruangpustaka.blogspot.com)

Andaikan cukup banyak orang 
yang bersedia mengisi kehidupan
dengan setia mencari bahan
untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan

Tentulah tak perlu kita bangun
gedung yang terlalu tinggi,
mesin-mesin industri,
alat-alat muluk,
konsumsi-konsumsi mewah
yang hanya akan menjerat leher sendiri

Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi,
di mana kebahagiaan dan kesejahteraan
makin jauh untuk bisa digapai

Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap
Di mana kesengsaraan manusia
telah sampai pada titik paling mutlak
dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap

Inilah kurun sejarah 
di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang,
di mana bumi digenggam
cukup dengan alat satu dua inchi,
di mana kemampuan perhubungan
telah menjadi luas dunia
menjadi satu mili,
sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini
ditutup-tutupi.

Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna"
Karya "Emha Ainun Nadjib"

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna...