Skip to main content

REVIEW BUKU : KAFILAH AL-FATIHAH


Cover Buku Kafilah Al-Fatihah
Judul : Kafilah Al-Fatihah 
Penulis : Je Abdullah 
Genre : Islam Populer 
Penerbit : Noura Books (PT Mizan Publika) 
Tahun Terbit : 2014 
Tebal Buku : 341 halaman 
No ISBN : 978-602-1606-23-0 


Tentang Buku Ini :
     Buku karya Je Abdullah ini menceritakan mengenai makna dari Ta’awudz hingga Surat Al-Fatihah yang dikemas dalam sebuah cerita kehidupan masyarakat di Kampung Tinggar, Lombok, Nusa Tenggara Barat.  Berawal dari surat misterius yang diterima oleh salah satu tokoh dan membuat gempar satu kampung karena isinya yang memiliki makna cukup dalam serta pengirimnya yang tertanda sebagai “Al-Qur’an”. 
     Dalam surat tersebut, pengirim mengaku bahwa “dia” kesepian, padahal “dia” datang untuk semua lapisan manusia tetapi seakan-akan ada tembok penghalang yang menghalangi hubungan antara “dia” dengan manusia, karena keresahan itu maka “dia” meminta tolong kepada tokoh tersebut dan kawan-kawannya untuk lebih memaknai kehadirannya.
     Salah satu tokoh kampung pun didatangi untuk diminta pendapatnya mengenai surat itu, akhirnya pada suatu pagi setelah sholat subuh, terdapat dialog antara tokoh-tokoh kampung dengan remaja setempat hingga diputuskanlah pada setiap pagi setelah sholat subuh diadakan tadarusan di Masjid tua Al-Amin bukan di Masjid Jami’ Al-Taubah karena sudah terlalu ramai hingga ingin menjadikan masjid tua tersebut pusat pendidikan bagi anak-anak Kampung Tinggar.
     Pertemuan pertama diawali dengan sedikit canggung, namun itu teratasi dengan kedekatan yang telah terjalin diantara mereka.  Hari itu mereka bersepakat bahwa dalam memahami kitab suci ini harus dengan pikiran positif namun tetap boleh kritis.  Hal pertama yang dibahas adalah latar belakang, makna, dan peristiwa-peristiwa yang terkait dengan ta’awudz, terjadi dialog yang hangat, remaja-remaja yang masih haus akan pengetahuan tidak takut untuk menyampaikan apa yang dipikirkannya, tokoh-tokoh kampung pun sangat terbuka pikirannya dan menyampaikan apa yang mereka pahami.
     Hari-hari berikutnya dilalui dengan semakin antusiasnya jamaah untuk mengikuti tadarusan dan makin bertambahnya jamaah yang mengikuti tadarusan tersebut, bahkan untuk semakin memahami Al-Qur’an dan mendekatkan diri kepada-Nya, mereka berinovasi untuk berkeliling “menyentuh” alam, mulai dari menuju Dasan Griye, Pantai Ampenan, Lanud Selaparang, Masjid Al-Taubah, hingga Pasir Bintaro.

Kelebihan :
·        Buku Islam yang di “deliver” dengan cara yang lain sehingga tidak terkesan menggurui
·    Penjabaran makna kata per kata Surat Al-Fatihah sekaligus merangkai maknanya dalam satu kalimat dan dianalogikan melalui suatu peristiwa membuat pembaca akan lebih mudah memahami maksudnya

Kekurangan :
     Terdapat bahasa-bahasa yang cukup berat untuk kalangan tertentu, namun wajar karena buku ini walaupun bukan mengenai tafsir tetapi terinspirasi dari Surat Al-Fatihah yang maknanya tentu sangat dalam 

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"