Tidak setiap orang mengetahui,
bahwa jauh di dalam jiwanya,
setiap hari bergaung
selaksa do'a tanpa kata
"Wahai Sang Maha Penyayang,
jangan sampai hari ini aku tak makan,
jangan sampai tak minum,
jangan sampai patah tangan,
jangan sampai jiwa linglung,
jangan sampai hari berantakan,
jangan sampai lepas napas di hidung,
jangan sampai kehabisan pakaian,
jangan sampai tidur tak bangun,
jangan sampai menyerbu banjir bandang,
jangan sampai meledak gunung
jangan sampai pecah bintang,
jangan sampai matahari turun.........".
Dan Allah Maha mengabulkan,
namun teramat sedikit yang
orang rasa dan pikirkan
Selaksa do'a yang diam,
Selaksa penghargaan bisu diucapkan oleh kesunyian:
Allah Maha Meniti dan Mendengarkan,
Kasihnya Tak Terumuskan,
Di mulut-Nya sukma orang bergelantungan
Di malam-malam yang sepi,
orang mengucapkan
permintaan-permintaan tambahan,
sebab segala telah dijamin Tuhan,
terkubur di tanah bisu kealpaan.
"Kenapakah saudaraku
-- demikian engkau mengatakan --
kenapakah selalu hanya
kita ingat satu diantara seribu :
yakni anugrah Allah yang ditunda,
atau ia balik warna kejadiannya --
sedang dengan itu
kita diajari bagaimana membaca rahasia?"
Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna"
Karya "Emha Ainun Nadjib"
Comments
Post a Comment