Skip to main content

REVIEW BUKU : IBUK,

Cover Novel Ibuk,
Sinopsis Novel Ibuk,

Judul : Ibuk,
Penulis : Iwan Setyawan
Genre : Novel
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan ke-3, Mei 2016
Tebal Buku : 293 halaman
No ISBN : 978-602-03-2998-7
Harga Buku : 58.000 Rupiah diskon 15% jadi 49.300 (bukukita.com)

Kasih ibu sepanjang masa (depokpos.com)
Kasih ibu sepanjang masa (depokpos.com)

Cerita Singkat :
Rahim Ibu
Tempat berkumpulnya sel-sel jadi satu

Bertumbuh dan berkembang
Berbeda yang saling menguatkan
Membentuk susunan
Sesosok malaikat kecil
Dengan dosa yang nihil

Ibu, sosok yang sangat berarti bagi semua manusia di muka bumi, sosok yang begitu dihormati oleh semua anak, sosok yang mengandung kita selama ±9 bulan, pengorbanan kita untuk ibu hanya seperti seekor semut jika dibandingkan perjuangan ibu membesarkan kita. 

Kisah novel ini berawal dari pernikahan ibu dan bapak secara nekat dan akhirnya memiliki 5 orang anak.  Hidup mereka sangatlah sederhana, namun dibalik kesederhanaan itu ada peran ibu yang sangat besar agar keluarga mereka tetap “hidup”.  

Biarlah makan dengan sederhana, tapi demi pendidikan segala hal pun dilakukan. Selalu tegar tidak untuk dikasihani, tegas bukan pemarah, memberi warisan ilmu bukan harta.  Itulah prinsip karakter ibu dalam novel ini.

Realita hubungan ibu dan anak yang bikin sedih (myfitriblog.wordpress.com)
Realita hubungan ibu dan anak yang bikin sedih (myfitriblog.wordpress.com)

Disini kita juga belajar pentingnya do’a orang tua di setiap kegiatan, tak hanya saat menjelang ujian/saat-saat penting.  Salah satu faktor keberhasilan kita kedepan juga dipengaruhi oleh hubungan kita dengan orang tua, itu yang bisa aku pelajari dari novel ini.

Kisah perjalanan hidup sang penulis sendiri yang menginspirasi terbitnya buku ini, jadi karya beliau termasuk otentik dan tentunya menarik untuk dibaca.  Selamat membaca…

Yang Menarik :
  • Novel yang menyentuh hati
  • Salah satu kisah orang-orang dulu yang berhasil padahal hidupnya penuh keterbatasan
  • Hubungan ibu dan anak yang dekat dengan kehidupan sehari-hari

Puisi untuk ibu (dokpri)
Puisi untuk ibu (dokpri)

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna...