Skip to main content

PUISI : ASY SYAKUUR (YANG MAHA MENSYUKURI)

Asmaul Husna - Asy Syakuur (Yang Maha Mensyukuri) - (fikihasmaulhusna.blogspot.com)

Allah mencatati segala kerja baikmu
tanpa ada sebiji pun yang terlewat,
bahkan ditulis-Nya juga
apabila ada sekilas saja pun
lintasan niat baik di bilik dalam benakmu
sebelum pikiranmu sendiri melihat

Allah amat tak terhingga rasa syukur-Nya
dan dihadiahkan kepadamu 
begitu banyak kemungkinan sumber nikmat,
bahkan sebelum apa pun sempat kau perbuat.

Kelahiran yang tak dijamin oleh siapa pun selain Ia,
kemudian, katakanlah :
lidah, 
untuk merasakan air susu ibumu yang lezat,
hamparan bumi dan samudera
untuk segala hal yang ingin kau kenyam,
kemudian kecerdasan pikiranmu
untuk mengolah segala perolehan
buat diminum dan dimakan .

Allah senantiasa mensyukuri setiap amal baikmu,
dengan membalas tujuh ratus kali lipat.
Adakah diantara kita 
yang pernah mampu menghitung
seberapa banyak kita diberi nikmat,
namun beberapa biji dari-Nyakah
yang dalam sehari sempat kita ingat?

Seluruh usia akan habis
jauh sebelum mampu kita pandangi
sebagian saja tumpukan rahmat-Nya,
seluruh saja pikiran akan gelap tertimbun
sebelum cukup kita hitung
jumlah kebaikan hati-Nya

Maka tentulah seluruh detak detik jantung kita
akan senantiasa bergelora
dalam kesibukan mensyukuri-Nya,
dengan beribu cara
yang Ia telah mengajarkannya.

Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna"
Karya "Emha Ainun Nadjib"


Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna...