Perdagangan Kamar di Penjara sungguh bikin miris (wisatabdg.com) |
Indonesia negeri yang jenaka
Tak lepas dari
canda dan tawa
Walau tak
dinyana,
Hanya senyum
tipis yang mampu terkembang
Diiringi isak
tangis yang slalu membayang
Indonesia lagi dirundung
awan hitam
Jabatan diperebutkan
Politik
pragmatis diagungkan
Politik uang
dijalankan
Untuk
kepentingan bangsa dan negara dikatakan
Jabatan berhasil
didapatkan
Tinggal
mengambil uang kembalian
Lantas, janji
tinggal lah janji
Tak ada
pembaktian diri
Saat tertangkap
karna korupsi
Dari jabatan
pindah ke rutan
Dari atasan
jeblok jadi tahanan
Tetaplah negeri
dijadikan dagelan
Tak hanya hotel yang bisa dihargai
Hotel prodeo pun
dapat dibeli
Tak ada namanya
fasilitas kelas teri
Bagi penjahat
kelas wahid disini
Bikin orang
makin doyan korupsi
Hati-hatilah wahai pemilik kuasa
Hati-hatilah wahai pemilik kuasa
Mata kami ada
dimana-mana
Tak mudah lagi
kau bodohi kami
Do’a itu selalu dipanjatkan
Perjuangan selalu
ditegakkan
Kami selalu yakin
Akan ada setitik
cahaya matahari
yang mampu mengusir
tirani
yang mampu membuka
jendela yang
terlanjur hitam itu
Penampakan Saung di Lapas Sukamiskin (Baban/news.detik.com) |
Peristiwa yang mungkin mencengangkan bagi sebagian orang, tapi sebenarnya sudah jamak terjadi, alias biasa aja!!! Asal punya duit, karena hukum yang masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Hukum masih tak mampu memiskinkan terutama orang-orang yang melakukan extraordinary crime (kejahatan luar biasa), karena peraturan (seperti undang-undang) yang ada dibuat oleh mereka sendiri.
Permenkumham no
6 tahun 2013 pun terasa hanya jadi tulisan di atas kertas, seperti banyak
peraturan lain yang sering dilanggar.
“Aturan dibuat untuk dilanggar” sepertinya sangat lekat di banyak kepala
orang Indonesia.
Tinggal di hotel
prodeo seperti tinggal di hotel (1 orang 1 kamar). Barang-barang rumah tangga maupun elektronik
dengan mudahnya masuk ke lapas, tinggal memberi insentif ke oknum-oknum dari
tingkat atas sampai bawah di lapas.
Ada juga yang menggunakan alasan kesehatan/surat keterangan sakit dari dokter (kayak anak sekolah aja) untuk melenggangkan fasilitas tersebut sekaligus punya alasan untuk sekali-sekali keluar dari lapas dengan alasan “berobat”. Pinter banget dah orang Indonesia dalam mencari celah, hehehe…
Ada juga yang menggunakan alasan kesehatan/surat keterangan sakit dari dokter (kayak anak sekolah aja) untuk melenggangkan fasilitas tersebut sekaligus punya alasan untuk sekali-sekali keluar dari lapas dengan alasan “berobat”. Pinter banget dah orang Indonesia dalam mencari celah, hehehe…
Kamar Mewah di Penjara (dnaberita.com) |
Akibat itu juga, banyak kasus/berita yang menggambarkan bahwa dari dalam penjara pun masih mampu mengendalikan operasi perusahaan, organisasi, hingga yang mengerikan seperti narkoba dan perdagangan manusia. Gilak!!!
Susah
mengharapkan hal itu tak terjadi, karena ada kesempatan dalam kesempitan, ada simbiosis
mutualisme.
Di satu sisi, oknum petugas dapat tambahan uang untuk bikin senang diri sendiri dan keluarga. Di sisi lain, penjahat juga merasa “terbantu” dengan kenyamanan di dalam lapas hingga kemudahan akses keluar sehingga tidak terasa “terpenjara”.
Hal ini terjadi, terutama jika tahanannya adalah penjahat-penjahat kelas kakap yang gagal dimiskinkan akibat aset yang tak terdeteksi alias pencucian uang (aset yang mengatasnamakan orang lain).
Di satu sisi, oknum petugas dapat tambahan uang untuk bikin senang diri sendiri dan keluarga. Di sisi lain, penjahat juga merasa “terbantu” dengan kenyamanan di dalam lapas hingga kemudahan akses keluar sehingga tidak terasa “terpenjara”.
Hal ini terjadi, terutama jika tahanannya adalah penjahat-penjahat kelas kakap yang gagal dimiskinkan akibat aset yang tak terdeteksi alias pencucian uang (aset yang mengatasnamakan orang lain).
Faktanya, orang-orang
yang tak mampu, misal pencuri ayam, atau apalah yang remeh-temeh, dipenjara
dalam penjara yang kapasitasnya tak sebanding dengan narapidananya (ada yang
dalam satu lapas 7x7 m dihuni oleh 17 orang).
Bisa-bisa, penjara yang seharusnya jadi tempat napi untuk merefleksi
diri, gagal berfungsi dengan optimal sebagaimana mestinya. Bisa jadi keluar dari penjara langsung
berbuat jahat lagi.
Suasana dalam Rutan Bagansiapiapi di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) Provinsi Riau (potretnews.com) |
Menurutku, salah satu solusi adalah sistem hukum dari hulu nya harus berubah. Tidak hanya hukum, denda, masuk penjara. Tapi, ada alternatif hukuman seperti kerja sosial (contoh, bersih-bersih jalan dan selokan, jadi tukang yang membangun jalan di pedesaan, mengajar di daerah yg terpencil, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya serta tak lupa memakai label kejahatan yang dilakukan).
Hal ini dapat dilakukan supaya mereka ikut melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana sih kehidupan “masyarakat akar rumput”, masyarakat yang butuh usaha yang sangat keras untuk sekedar hidup, yang terkena imbas dari perbuatan jahat mereka, sekaligus menumbuhkan kembali rasa empati mereka sebagai manusia.
Semoga
bermanfaat…
Comments
Post a Comment