Katanya, Politik
itu Loyalitas
Setia pada
partai dan yang diatas
Tapi, Politik
juga dinamis
Sering tak peduli
dengan janji manis
Akhirnya,
Transfer
“pemain” pun terjadi
Dengan alasan
yang perlu diselidiki
Partai lawas
merasa tersakiti
Merasa berjasa
namun dikhianati
Yah, beginilah
politik
Penuh dinamika
dan intrik
Diwarnai
berbagai pilihan menggelitik
Transfer Pemain
Ada fenomena
unik yang jujur aku baru tahu di pemilihan legislatif (pileg) tahun ini
(walaupun katanya sih sudah lama terjadi), yaitu transfer “pemain” antar partai politik
(parpol). Walaupun banyak yang tidak mau
mengistilahkan dengan transfer, karena yang mentransfer tidak dapat keuntungan
apa-apa jika dianalogikan seperti transfer pemain sepakbola.
Tapi, bagiku,
ini tetaplah transfer karena menurut KBBI pun, transfer artinya pindah atau
beralih tempat, nggak harus ada keuntungan dari dua belah pihak, jadi no problem.
Isu &
Sanggahan yang muncul di publik
Lantas, landasan
apa yang bikin hal itu terjadi? Langsung
deh, banyak isu yang bermunculan. Kalau
dari info yang aku dapat di media massa, faktor utama seorang kader partai bisa
pindah karena sudah nggak nyaman, nggak didengarkan atau bahkan sudah merasa
tak dianggap oleh partai.
Nah, kalau dari
sisi seberangnya, ada 2 faktor yang katanya fakta kenapa partainya bisa
kehilangan kader :
- Yang pindah itu diiming-imingi dana kampanye di pileg kali ini dari jutaan hingga milyaran. Wow, nggak main-main tuh tuduhannya.
- Tapi memang, di buku mimpi jadi caleg (habisini aku review) yang diterbitkan kompas, dana minimal untuk nyaleg itu bisa ratusan juta hingga milyaran rupiah, no comment deh…
- Fakta yang diungkapkan ke publik, partai hanya menyediakan alat peraga kampanye, cukup meragukan karena tak ada transparansi dana ke rakyat, yang aku rasa tidak terlalu perlu juga
- Ada analisis lain yang mengatakan dalam bahasa formalnya, “tidak kuatnya ideologis antara kader dengan parpol” alias tidak cinta-cinta banget gitu, hehehe…
Analisis Pribadi
Itu analisis
mereka, gimana analisis pribadiku?
Kalau di
sepakbola aja, biasanya pemain pindah alasannya ada 4 lah kurang lebih, yaitu :
- Pindah ke klub besar > Gaji lebih gede > Pengen peluang juara lebih besar > Pengen ketemu pemain-pemain hebat
- Pindah ke klub kecil > starter > nggak pengen gaji buta > gaji kecil tak masalah > yang penting bisa unjuk kemampuan > target timnas
- Nggak nyaman di klubnya > faktor : pelatih, pemain, pimpinan klub
- Kalau sudah tua > pindah ke klub di negara tak terkenal > pokok gaji besar, tapi juga ada alasan sampingan buat membantu mengembangkan sepakbola negara itu
Dari ke 4 alasan
diatas, bisa juga ditransformasikan ke dunia politik
- Pindah ke parpol yang lebih besar > gaji harusnya lebih besar > peluang menang partai lebih besar > kesempatan lolos ke tingkat legislatif juga lebih besar > tidak jadi pemain utama, tapi bisa belajar dari tokoh2 lama yang udah di dunia perpolitikan
- Pindah ke parpol yang lebih kecil > bisa jadi pemain utama > nggak pengen gaji buta, maybe > gaji lebih kecil tak masalah > yang penting bisa muncul di permukaan > target di pusat, bukan hanya di daerah
- Nggak nyaman di parpolnya > faktor : pimpinan parpol, tidak seideologi/tidak sreg, pendapat tidak diperhatikan parpol
- Kalau sudah berumur > gimana caranya jadi pimpinan atau minimal berada di jajaran atas > #PolitikusSenior > gaji banyak, kerja yaa gitu2 aja, memang tak bisa dipaksa, kalau memang sudah berkorban banyak saat muda, #YangMudaYangBerkarya dipakai > tapi tanggung jawab atas gaji dari uang rakyat itu lho, coba dipikir lagi > alasan lain, masih ingin mbantu mengembangkan pendidikan politik rakyat
Konklusi
In the end, aku baru paham, ternyata kader parpol
juga bisa jadi kutu loncat kayak gitu, aku kira semua loyalis partai. Efek buruknya kembali ke rakyat lagi, kenapa?
Terjadi banyak Pergantian Antar Waktu (PAW) alias pergantian orang di DPR
dengan kader lain, yang berakibat semakin melambatnya kerja wakil rakyat karena
harus adaptasi lagi kader yang baru.
Entahlah,
politik di Indonesia sungguh membingungkan, yang tak lepas dari berbagai
kepentingan, sekelompok orang…
Sumber Informasi
:
Mata Najwa
CNN Indonesia
Kompas TV
Comments
Post a Comment