129 hari lelah
mengumbar janji
Melawan lupa
untuk kepentingan rakyat
Bangunlah daerah
dengan hati
Menang pilkada,
seperti awal masuk sekolah
seperti awal masuk sekolah
Senang luar
biasa,
tapi luar biasa menegangkan lah
tapi luar biasa menegangkan lah
Tak terasa,
sudah H+3 Pilkada serentak telah digelar, aku sih mau review sedikit tentang
pilkada malang yang kali ini sangat menarik dalam arti buruk.
Bagaimana tidak, dua calon walikota (cawali) tersandung kasus dugaan korupsi terkait suap pembahasan APBD-P Pemkot Malang Tahun Anggaran 2015, yang satu wali kota, yang satunya anggota legislatif.
Bagaimana tidak, dua calon walikota (cawali) tersandung kasus dugaan korupsi terkait suap pembahasan APBD-P Pemkot Malang Tahun Anggaran 2015, yang satu wali kota, yang satunya anggota legislatif.
Dana yang
dikorupsi menurutku kecil banget sih, yang biasanya kalau elit pemerintah kalau
korupsi sampai miliaran, ini “cuma” 700 juta dan dibagi ke banyak anggota
legislatif, mungkin di pikiran mereka kalau sedikit nggak bakal kelihatan kali
yaa, wkwkwk…
Padahal keuangan mereka, terutama cawali-cawalinya itu sudah sangat cukup disaat banyak warga Malang masih nyari uang untuk sekedar hidup, terbukti di gambar berikut ini :
DASAR SERAKAH!!!
Padahal keuangan mereka, terutama cawali-cawalinya itu sudah sangat cukup disaat banyak warga Malang masih nyari uang untuk sekedar hidup, terbukti di gambar berikut ini :

DASAR SERAKAH!!!
Sedangkan cawali yang ketiga, yaitu Sutiaji juga bikin geeeerrrr, bikin geleng-geleng kepala, sehari sebelum dilantik jadi plt. Wali kota punya istri baru, dan ternyata beliau cerai dengan istri yang lama bukan ditinggal mati, hmm… bagi ibu-ibu, ini sangat merusak reputasi, hehehe…
Untuk ketiga calon
wakil walikota (cawawali) nya sendiri, jujur, aku nggak terlalu kenal, tapi
katanya mereka adalah orang-orang penting yang cukup berpengaruh di dunia
perpolitikan Kota Malang dan pernah/sedang menjabat sebagai pimpinan di
beberapa organisasi maupun partai politik.
Kalau dilihat
dari programnya sendiri maupun dalam debat yang telah diselenggarakan, yaaaa
tidak ada yang spesial dan inovatif untuk menyelesaikan masalah akut kota
malang, seperti kemacetan, banjir, pasar kumuh, radikalisme di kampus, tata
kota yang amburadul, korupsi, dan lain sebagainya.
Nah sekarang masalahnya, dari sekian banyak permasalahan diatas, kalian mau milih siapa? Kalau masyarakat yang “normal” harusnya milih yang tidak tersandung kasus korupsi bahkan tanpa perlu melihat programnya. Tidak imbang adalah kata yang tepat buat kontestasi pilkada kali ini.
Aku sih sebagai
warga ngalam, bingung, tenan bingung,
kayak nggak punya pilihan gitu, mungkin banyak warga Malang yang merasa seperti
itu. #TerpaksaMemilih harusnya jadi trending topic di kalangan warga kota ini.
Tapi, bagai dua sisi mata uang, jika tidak memilih, bagaimana dengan 5 tahun
kedepan?
Nah, akhirnya setelah pemilihan, bener to kataku, yang dilihat oleh warga
Malang adalah yang tidak korupsi, yaitu pasangan calon (paslon) no.3. Walaupun paslon lain sebenarnya masih dipilih
dengan catatan cawawali nya yang akan menjadi walikota jika menang, tapi
ternyata pemilih tidak mau mengambil resiko tersebut.
Namun, dari pilkada Kota Malang tahun
ini, ada catatan lain yang cukup penting :
- Data dari KPU menunjukkan golput menyentuh angka 35%, tidak sampai target KPU yang hanya 23%
- Yang patut dicermati adalah pemilih paslon no 3 masih dibawah 50%, berarti kepercayaan publik atas paslon no.3 masih sangat rendah
Tentu ini tantangan bagi Sutiaji dan Sofyan
Edi Jarwoko untuk membuktikan
kepada Warga Malang untuk membuat Malang lebih SAE, sesuai taglinenya.
Sumber Informasi :
Sumber Informasi :
Puspita, R. (2018, Maret 22). KPK Duga Wali Kota
dan Anggota DPRD Malang Korupsi Massal. Retrieved from Republika.co.id Web
site:
https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/18/03/22/p5yexu428-kpk-duga-wali-kota-dan-anggota-dprd-malang-korupsi-massal
Comments
Post a Comment