Skip to main content

PUISI : AL WAHHAAB (YANG MAHA PENGANUGERAH)

Asmaul Husna - Al Wahhaab (Yang Maha Penganugerah) - (uqi-alsana.blogspot.com)

Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku
Di malam dan siang 
telingaku mendengar desir lembut suara malaikat-Mu
yang mendendangkan nyanyian-Mu
yang melezatkan jiwaku
Di siang dan malam
mripatku menyaksikan rahmat-Mu bertaburan
dari langit beribu penjuru

Jika Engkau bukan Sang Maha Tanpa Pamrih
pastilah bangkrut aku
Jika atas segala anugerah-Mu
harus kupersembahkan balasan,
maka tiadalah yang akan mampu aku persiapkan

Segala yang tergenggam di tanganku 
adalah milik-Mu,
bahkan tak juga kumiliki diriku sendiri,
karena Engkaulah Maha Empunya semuanya ini

Maka jika kupasrahkan seluruh jiwa ragaku
bukanlah aku memberikan sesuatu kepada-Mu,
melainkan sekedar menyampaikan hak-Mu
Dan jika aku memberikan sesuatu 
kepada keluargaku,
kepada para tetangga
dan sekalian orang di dalam jangkauanku
tak lain itu hanyalah menyalurkan milik-Mu
agar sampai pada akhirnya keharibaan-Mu

Apa alasanku untuk durhaka kepada Mu, Allahku
Engkau Maha Memberi, tanpa meminta:
akulah yang membutuhkan 
penyerahan segala sesuatu ke hadapan-Mu.

Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna"
Karya "Emha Ainun Nadjib"



Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"