Skip to main content

CELOTEH AKBAR : 73 TAHUN INDONESIA

73 tahun Indonesia & Asian Games ke-18 Jakarta-Palembang (finansialku.com)

17 Agustus 1945…
Awan hitam itu tlah berpisah
Pelangi pun muncul di tengah-tengah
di langit Indonesia
Berbeda-beda warna
Tapi dengan tujuan yang sama

Luapan amarah suatu benda
Memporak-porandakan dua kota
di negeri matahari terbit sana
Membuka mata tuk segera merdeka

Pelangi itu bernama pemuda
Terus mendorong pemimpin negara
Tuk segera membuat gembira
Rakyat Indonesia

Sudah cukup kita terhina
Sudah cukup kita tersiksa
Sudah cukup tanah suci ini bersimbah darah
hingga bertaburan jenazah
Sudah saatnya kita bertutur
Indonesia, negeri berdaulat, adil dan makmur

73 tahun sudah…
Umur yang teramat tua bagi manusia
Tapi, usia yang masih muda bagi negara
Yuk pertahankan identitas Indonesia
Bersemangat menengadah
Mengejar impian
Tak lupa merunduk ke bawah
Layaknya orang beriman

Indonesia baik-baik saja
Dan akan selalu baik-baik saja
Pesta Olahraga Se-Asia di depan mata
Sambutlah dengan riang gembira
Ini bukan soal Palembang-Jakarta
Ini Indonesia, bung!!!

Yuk bersama-sama
Dengan sgala perbedaan yang ada
Bersatu padu demi citra apik
Mendukung Indonesia demi hasil terbaik
Walau ini tahun politik

Majukan Indonesia dengan karyamu
Iri dengki tanda tak mampu

Karya "Muhammad Rizqi Akbar"

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"