Skip to main content

#SOKTAHU : TRANSFER “PEMAIN” DI POLITIK - #KUTULONCAT

#KutuLoncat (dedydahlan.com ) 

Katanya, Politik itu Loyalitas
Setia pada partai dan yang diatas
Tapi, Politik juga dinamis
Sering tak peduli dengan janji manis

Akhirnya,
Transfer “pemain” pun terjadi
Dengan alasan yang perlu diselidiki
Partai lawas merasa tersakiti
Merasa berjasa namun dikhianati

Yah, beginilah politik
Penuh dinamika dan intrik
Diwarnai berbagai pilihan menggelitik

Transfer Pemain
Ada fenomena unik yang jujur aku baru tahu di pemilihan legislatif (pileg) tahun ini (walaupun katanya sih sudah lama terjadi), yaitu  transfer “pemain” antar partai politik (parpol).  Walaupun banyak yang tidak mau mengistilahkan dengan transfer, karena yang mentransfer tidak dapat keuntungan apa-apa jika dianalogikan seperti transfer pemain sepakbola. 

Tapi, bagiku, ini tetaplah transfer karena menurut KBBI pun, transfer artinya pindah atau beralih tempat, nggak harus ada keuntungan dari dua belah pihak, jadi no problem

Ciri-ciri Politisi Kutu Loncat (jatengpos.com)



Isu & Sanggahan yang muncul di publik
Lantas, landasan apa yang bikin hal itu terjadi?  Langsung deh, banyak isu yang bermunculan.  Kalau dari info yang aku dapat di media massa, faktor utama seorang kader partai bisa pindah karena sudah nggak nyaman, nggak didengarkan atau bahkan sudah merasa tak dianggap oleh partai. 

Nah, kalau dari sisi seberangnya, ada 2 faktor yang katanya fakta kenapa partainya bisa kehilangan kader :
  1. Yang pindah itu diiming-imingi dana kampanye di pileg kali ini dari jutaan hingga milyaran.  Wow, nggak main-main tuh tuduhannya. 
  2. Tapi memang, di buku mimpi jadi caleg (habisini aku review) yang diterbitkan kompas, dana minimal untuk nyaleg itu bisa ratusan juta hingga milyaran rupiah, no comment deh… 
  3. Fakta yang diungkapkan ke publik, partai hanya menyediakan alat peraga kampanye, cukup meragukan karena tak ada transparansi dana ke rakyat, yang aku rasa tidak terlalu perlu juga 
  4. Ada analisis lain yang mengatakan dalam bahasa formalnya, “tidak kuatnya ideologis antara kader dengan parpol” alias tidak cinta-cinta banget gitu, hehehe…

"Makanan" Penarik hati untuk berkoalisi (globalmuslim.web.id)


Analisis Pribadi
Itu analisis mereka, gimana analisis pribadiku?
Kalau di sepakbola aja, biasanya pemain pindah alasannya ada 4 lah kurang lebih, yaitu :
  1. Pindah ke klub besar > Gaji lebih gede > Pengen peluang juara lebih besar > Pengen ketemu pemain-pemain hebat
  2. Pindah ke klub kecil > starter > nggak pengen gaji buta > gaji kecil tak masalah > yang penting bisa unjuk kemampuan > target timnas
  3. Nggak nyaman di klubnya > faktor : pelatih, pemain, pimpinan klub
  4. Kalau sudah tua > pindah ke klub di negara tak terkenal > pokok gaji besar, tapi juga ada alasan sampingan buat membantu mengembangkan sepakbola negara itu
Dari ke 4 alasan diatas, bisa juga ditransformasikan ke dunia politik
  1. Pindah ke parpol yang lebih besar > gaji harusnya lebih besar > peluang menang partai lebih besar > kesempatan lolos ke tingkat legislatif juga lebih besar > tidak jadi pemain utama, tapi bisa belajar dari tokoh2 lama yang udah di dunia perpolitikan
  2. Pindah ke parpol yang lebih kecil > bisa jadi pemain utama > nggak pengen gaji buta, maybe > gaji lebih kecil tak masalah > yang penting bisa muncul di permukaan > target di pusat, bukan hanya di daerah
  3. Nggak nyaman di parpolnya > faktor : pimpinan parpol, tidak seideologi/tidak sreg, pendapat tidak diperhatikan parpol 
  4. Kalau sudah berumur > gimana caranya jadi pimpinan atau minimal berada di jajaran atas > #PolitikusSenior > gaji banyak, kerja yaa gitu2 aja, memang tak bisa dipaksa, kalau memang sudah berkorban banyak saat muda, #YangMudaYangBerkarya dipakai > tapi tanggung jawab atas gaji dari uang rakyat itu lho, coba dipikir lagi > alasan lain, masih ingin mbantu mengembangkan pendidikan politik rakyat


"Kendaraan" Parpol bisa dengan mudah ganti-ganti (poliklitik.com)


Konklusi
In the end, aku baru paham, ternyata kader parpol juga bisa jadi kutu loncat kayak gitu, aku kira semua loyalis partai.  Efek buruknya kembali ke rakyat lagi, kenapa? Terjadi banyak Pergantian Antar Waktu (PAW) alias pergantian orang di DPR dengan kader lain, yang berakibat semakin melambatnya kerja wakil rakyat karena harus adaptasi lagi kader yang baru.

Entahlah, politik di Indonesia sungguh membingungkan, yang tak lepas dari berbagai kepentingan, sekelompok orang…

Cari Posisi Yang Lebih Menguntungkan Ah... (rmolsumsel.com)

Sumber Informasi :

Mata Najwa
CNN Indonesia
Kompas TV
 

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"