Skip to main content

REVIEW BUKU : MIMPI JADI CALEG

Cover Buku Mimpi Jadi Caleg (dokpri)
Resensi Buku Mimpi Jadi Caleg (dokpri)

Judul : Mimpi Jadi Caleg
Penulis : Kristin Samah & Fransisca Ria Susanti
Genre : Politik
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 220 halaman
No ISBN : 978-979-709-741-7
Harga Buku : 10.000 Rupiah (kompas.id) 


Cerita Singkat :
Pagi-pagi ke tasikmalaya
Jangan lupa lewat jalur nagreg
Ayok kaum muda
bermimpilah jadi caleg

Mimpi nggak jadi caleg? (dokpri)

Ada yang mau jadi anggota dewan? Hidup enak, nyaman, dan sejahtera.  Banyak fasilitas yang diberikan oleh negara.  Gengsinya juga tinggi bro, Wakil Rakyat coy!!! Denger-denger sih banyak masyarakat Indonesia yang ingin jadi anggota dewan.  Tapi, apa benar seindah itu jadi wakil rakyat?

Nah, Dua wartawan perempuan ini telah meluncurkan buku yang mungkin menjawab penasaran kalian.  Walaupun ini buku sudah termasuk lama karena tahun 2013 di tengah situasi politik yang dinamis dan up to date terus.  Namun, menurutku buku ini masih relevan untuk bagi kalian yang benar-benar serius mau terjun menjadi anggota dewan, kenapa?

Yaa, buku ini menceritakan dengan detail dari hal yang “tabu” dan “awam” untuk masyarakat dalam konsestasi politik ini dengan bahasa yang mudah dimengerti (kalau bagiku).  Mulai dari motif orang nyaleg, strategi saat kampanye, fakta-fakta di lapangan saat caleg tak terpilih, gaji yang “katanya” istimewa, sampai ke pertanyaan, anda wakil siapa?

Benar kata Nurul Arifin, Anggota DPR RI Periode 2009-2014 yang komentarnya dipampang di cover buku ini.  “Selamat bermimpi jadi caleg atau malah kehilangan minat buat nyaleg. Hahaha…” Ya sudahlah, selamat membaca…


Yang Menarik : 
  • Buku yang anti-mainstream (masih jarang) 
  • Tulisannya enak untuk dibaca (aku suka hal-hal yang detail kayak gini)
  • Ditulis oleh wartawan yang pasti netral

Yang Terasa Kurang/Saran :
  • Kalau soal data/penjelasan yang memiliki beberapa nomor, bisa ditampilkan secara vertikal, tidak hanya horizontal

Sindiran Untuk Wakil Rakyat (brilio.net)







Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"