Skip to main content

PUISI : AL HASIIB (YANG MAHA PENGHITUNG)

Asmaul Husna - Al Hasiib (Yang Maha Penghitung) - (tasdiqulquran.or.id)

Cukuplah bagiku mengerjakan saja kehendak-Nya
tak usah terlampau menghitungnya
berdasarkan pendapatan pahala
Toh jauh-jauh hari 
sebelum  aku tahu rembulan dan mengerti udara
Ia telah menaburkan pahala yang tiada taranya.

Lahir lewat Ibuku yang mulia, 
persediaan usia untuk mengabdi kepada-Nya
serta kesejahteraan 
yang menghujaniku tanpa habis-habisnya.

Seluruhnya hadir tanpa kuminta,
sebab kalau mau jujur 
tidak mungkinlah aku mengetahui persis 
yang sebaiknya kuminta,
kecuali berpedoman kepada nilai-nilai-Nya

Maka 
cukuplah kujalani saja hidup ini sewajar-wajarnya
tanpa
menjadi pedagang pahala dan balasan siksa

Toh Allah adalah administrator Agung
yang tak perlu kutagih janji-janji-Nya.

Jika aku berbuat bijak,
sama sekali tak berarti
aku telah berjasa kepada-Nya,
melainkan sekedar menabung kesejahteraan sendiri
untuk kelak di sana;
dan jika aku berlaku buruk
sungguh Ia tak lantas menjadi celaka karena-Nya,
melainkan aku sekedar menyulut api neraka
bagi diriku sendiri yang hina

Seberapa pahalaku,
kupasrahkan bulat-bulat kepada-Nya;
namun seberapa banyak saham siksaku
selalu kuingat sebaik-baiknya,
supaya aku tak rajin menambah tumpukannya.

Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna"
Karya "Emha Ainun Nadjib"


Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"