Skip to main content

REVIEW BUKU : RAJA LIMBUNG – SEABAD PERJALANAN SAWIT DI INDONESIA

Cover Raja Limbung - Seabad Perjalanan Sawit di Indonesia
Sinopsis Raja Limbung - Seabad Perjalanan Sawit di Indonesia
Judul : Raja Limbung – Seabad Perjalanan Sawit di Indonesia
Penulis : Mardiyah Chamim, dkk
Genre : Lingkungan
Penerbit : Kerjasama antara Sawit Watch, Tempo Institute, INSISTPress, & Aliansi Desa Sejahtera
Tahun Terbit : April 2012
Tebal Buku : 244 halaman
No ISBN : 978-602-19607-0-7
Harga Buku : 40.000 Rupiah diskon 12,5% jadi 34.860 (togamas.com)


Cerita Singkat : 
Indonesia
Andalan dunia
Tuk memasok udara
Kaya akan hutan
Terutama di Kalimantan
Tapi mengapa
Deforestasi merajalela
Yang dampaknya
Menyakiti sesama
Pahit bagi semesta

Media yang ideal itu harus netral (dikabeast.wordpress.com)
Media yang ideal itu harus netral (dikabeast.wordpress.com)

Media, sebagai sosok yang netral, yang menelisik dari berbagai sisi, tentu memiliki tugas yang tidak mudah dalam menginformasikan hal yang real dan sebagai jembatan antara dua kubu yang berseberangan.

Berbicara tentang Kebun Sawit, tentu tidak lepas dari diskusi masalah keuntungan ekonomi yang digaungkan pemerintah versus dampak lingkungan yang terus disuarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).  

Tempo Institute, bekerja sama dengan Sawit Watch berusaha menjadi penyeimbang keduanya dengan menerbitkan buku ini.  Mengajak kita untuk bertamasya pikiran, memperlihatkan fakta-fakta di lapangan didukung data-data yang solid dan mampu dipertanggungjawabkan.
 
Krisis sumber energi fosil bukanlah omong kosong (ryanrpu.student.telkomuniversity.ac.id)
Krisis sumber energi fosil bukanlah omong kosong (ryanrpu.student.telkomuniversity.ac.id)

Semakin terbatasnya sumber energi fosil membuatnya semakin mahal.  Tentu dunia tidak menganggap sepele masalah ini, dengan kemajuan teknologi tentu para ilmuwan terus berusaha mencari sumber-sumber energi terbarukan seperti air, angina, geothermal, sinar matahari, dan biofuels.

Biofuels yang berasal dari produk pertanian seperti kelapa sawit, tebu, singkong, dan jagung merupakan salah satu alternatif yang termasuk paling mudah dan murah (investasinya rendah) karena produk pertanian yang dapat terus dipanen asal tidak lupa dipelihara dan diremajakan.  Makanya, banyak yang menganggap sawit sebagai penyelamat krisis di masa depan.

Kenapa sawit? Berbeda dengan kakao atau karet (dimana Indonesia termasuk produsen terbesar kedua komoditas itu), minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) semakin dibutuhkan karena pemanfaatannya yang kian beragam.
Hasil olahan minyak sawit (belajarsawit.blogspot.com)
Hasil olahan minyak sawit (belajarsawit.blogspot.com)

50 tahun lalu, minyak sawit hanya diolah untuk campuran sabun dan margarin, tapi kini CPO dipakai hampir di semua industri mulai dari produk makanan hingga kosmetik.  Tuntutan kesehatan terutama pada industri pangan dunia membuat mereka mengganti pemakaian bahan baku berkolestrol dengan minyak yang lebih sehat tapi tetap ekonomis dan pilihannya jauh pada minyak sawit.

Indonesia (terutama orang yang punya insting bisnis yang baik tapi acuh tak acuh dengan lingkungan) sebagai negara yang memiliki lahan yang luas dan “masih” banyak yang belum terpakai tentu tergiur dengan makin dibutuhkannya sawit, apalagi negeri ini mempunyai iklim yang sangat cocok untuk pengembangannya menurut riset dari Negeri Paman Sam (Amerika Serikat).

Memang Indonesia berpeluang besar berdaulat secara ekonomi jika mampu memanajemen perkebunan sawit dengan baik.  Namun apa yang terjadi? Persoalan yang menggunung malah terjadi, mulai dari ekstensifikasi besar-besaran yang membuat luas hutan semakin sedikit, dan orang utan yang dianggap menganggu pun dibasmi. 
  
Pengembangan pengelolaan kelapa sawit masih lebih berkembang di negeri tetangga (dokpri)
Pengembangan pengelolaan kelapa sawit masih lebih berkembang di negeri tetangga (dokpri)


Tak hanya itu, kasus sengketa tanah tak kunjung putus, buruh yang dibayar murah, resiko kerusakan lingkungan, ketiadaan perlindungan buruh perempuan dan anak, sampai kriminalisasi petani tersebar di berbagai kebun dari Sumatera sampai Papua turut mewarnai perjalanan perkebunan sawit di Indonesia.   

Yang membuat lebih sedih adalah ketika kebijakan Pemerintah cenderung lebih memihak ke pemodal-pemodal besar itu dibanding suara rakyat.  Tentu berbagai masalah tersebut dijelaskan secara detail di buku ini, termasuk rekomendasi penyelesaiannya.   

Bagi kalian yang tertarik dengan bidang kehutanan, kimia dan politik, menurutku cocok untuk membaca buku ini.  Semoga tulisan para pewarta ini mampu membuka mata kalian semua akan permasalahan besar yang terjadi disana.  Selamat membaca...


Yang Menarik : 
  • Buku ini menceritakan dengan mendalam tentang sawit, mulai dari sejarah, karakteristik sawit, pengelolaan sawit di Indonesia dibanding negara lain, hingga berbagai peristiwa yang mungkin kalian tidak ketahui karena tenggelam oleh pergolakan politik elite-elite negara ini 
  • Bahasanya mudah dipahami

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"