Skip to main content

REVIEW BUKU : ROAD TO SEMEN INDONESIA – TRANSFORMASI KORPORASI, MENGUBAH KONFLIK MENJADI KEKUATAN

Cover Buku Road To Semen Indonesia – Transformasi Korporasi, Mengubah Konflik Menjadi Kekuatan
Sinopsis Buku Road To Semen Indonesia – Transformasi Korporasi, Mengubah Konflik Menjadi Kekuatan
Judul : Road To Semen Indonesia – Transformasi Korporasi, Mengubah Konflik Menjadi Kekuatan
Penulis : Dr. Ir. Dwi Soetjipto, MM
Genre : Manajemen
Penerbit : Kompas
Tahun Terbit : 2014
Tebal Buku : 318 halaman
No ISBN : 978-979-709-717-2
Harga Buku : 89.000 Rupiah (yes24.co.id)


Cerita Singkat :

Saat harga minyak sudah tidak “berkilau” lagi, krisis ekonomi di Indonesia pun mulai tampak, tentu pemerintah harus mengambil langkah-langkah strategis untuk menanggulanginya.   

Salah satunya adalah usaha privatisasi BUMN pada tahun 1990an, yang dalam hal ini melepas maksimal 30% saham BUMN ke lantai bursa sehingga beban APBN berkurang dan rakyat dapat mengambil keuntungan dari BUMN juga.  Nah, salah satu BUMN yang masuk bursa adalah PT. Semen Gresik Tbk.

Semakin tahun, kebutuhan semen meningkat, sehingga untuk menaikkan produksi semen, tentu perusahaan harus melakukan ekspansi pasar maupun optimalisasi potensi dari pabrik yang telah ada, apalagi pemerintah menyadari bahwa pihak swasta tumbuh pesat jauh melebihi BUMN semen yang dibangun terlebih dahulu.  

Akhirnya, tercetus ide untuk menggabungkan BUMN-BUMN semen (Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa) karena dirasa langkah tersebut paling cepat diantara ide-ide lainnya, dengan Semen Gresik sebagai perusahaan induk.

Diluar dugaan, rencana itu mendapat pertentangan yang luar biasa dari karyawan, terutama dari pihak Semen Padang, demo besar-besaran pun dilakukan.  Alasannya tiga, 
  1. Budaya kerja dan sistem yang berbeda, 
  2. Rasa kedaerahan yang kuat karena masing-masing mengusung nama daerah di produknya, 
  3. Kenapa kedua perusahaan itu harus jadi “anak”?
Mereka merasa Semen Gresik seperti “dianakemaskan” dalam beberapa kebijakan pemerintah. 

Mereka pun semakin marah ketika ada kebijakan pemerintah yang melanjutkan privatisasi BUMN dengan mengundang investor luar negeri untuk membeli saham BUMN semen agar terpenuhinya tuntutan kebutuhan APBN yang mencapai 15 Triliun.  Saham Pemerintah pun akhirnya dilepas ke perusahaan semen asal Meksiko, CEMEX sebesar 30% (dari awalnya 65%).

Karyawan Semen Padang melakukan demo besar-besaran

Dwi Soetjipto, yang baru diangkat sebagai Direktur Utama (Dirut) Semen Padang tentu resah dengan keadaan seperti ini, apalagi pabrik sampai ditutup oleh karyawan sehingga dia hanya bisa bekerja dari hotel. 

Namun beliau percaya, bahwa sinergi itu adalah keniscayaan di era saat itu, sehingga saat beliau ditunjuk sebagai Dirut Semen Gresik, kematangan mental dan keahlian Dwi Soetjipto akhirnya terlihat. 

Bagaimana dia membuat situasi dingin kembali, meningkatkan efisiensi dan keuntungan ketiga perusahaan tersebut sampai pergantian nama yang sama sekali tidak diwarnai gejolak dan puncaknya mampu berekspansi ke Vietnam.   

Tidak lupa, inovasi-inovasi untuk menjaga lingkungan juga dia terapkan kepada perusahaan, ini yang aku salut, ditengah orang mementingkan bisnis, bisnis, bisnis, masih ada pengusaha yang juga berperan aktif terhadap lingkungan. 

Buku ini sendiri cocok untuk kalian yang ingin belajar mengenai manajemen sekaligus pengambilan keputusan, tidak hanya perusahaan tapi bisa dalam kehidupan sehari-hari.  Penasaran dengan kisah selengkapnya? 

Bayangkan saja, Dirut yang sesibuk itu masih sempat menulis buku yang padat tapi menarik ini? Bagaimana dengan kamu? Apa yang sudah kamu lakukan buat hari ini? Semoga hidup kita bermanfaat untuk alam semesta, Selamat Membaca!!!

Dwi Soetjipto, salah satu putra terbaik bangsa

Yang Menarik : 

  • Sosok penulis yang termasuk salah satu “The best CEO in Indonesia”
Dwi Soetjipto saat mendapatkan penghargaan CEO terbaik versi Bisnis Indonesia
  • Aku selalu suka saat buku tidak hanya menggurui dengan kata-kata, tapi ada kisah-kisah inspiratif yang berkaitan maupun yang melatar belakangi suatu peristiwa
  • Penyemangat bagi kita terutama yang suka berkarya, bahwa sosok Dirut yang sesibuk itu saja masih bisa, masak kita tidak?
  • Inovasi lingkungan

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"