Skip to main content

REVIEW BUKU : TUHAN MAHA ASYIK

Cover Buku Tuhan Maha Asyik
Sinopsis dan Komentar Singkat Buku Tuhan Maha Asyik

Judul : Tuhan Maha Asyik
Penulis : Sujiwo Tejo & Dr. M.N. Kamba
Genre : Inspirasi/Agama
Penerbit : Imania
Tahun Terbit : Cetakan VII (2016-2018)
Tebal Buku : 245 halaman
No ISBN : 978-602-7926-29-5
Harga Buku : 59.000 Rupiah diskon 15% jadi 50.150 Rupiah (Toko Buku Togamas) 


Cerita Singkat :

Sila Pertama Pancasila
Ketuhanan Yang Maha Esa
Membolehkan Setiap Insan Indonesia
Memiliki Satu Tuhan Yang Dipercaya

Naas, Mereka Yang Merasa Kenal Tuhan
Mengatasnamakan Tuhan Atas Setiap Perbuatan
Mendiskreditkan Mereka Yang Memiliki Perbedaan
Hak-Hak Sebagai Warga Pribumi Pun Turut Terabaikan

Oh Tuhan,
Kenapa namamu yang begitu agung justru diselewengkan
Demi kepentingan seseorang atau kawanan
Yang ingin hidup senang tanpa memedulikan
Nasib saudara yang telah jadi lawan

Tuhan Maha Asyik??? Dari judulnya saja sudah unik, kedua penulis ini mencoba mengambil sisi lain dari hubungan manusia dengan Tuhannya.  Dikemas dengan dialog polos khas anak kecil membuat pembaca bisa membayangkan dialognya dengan lebih akurat.  Bahasa-bahasa khas budayawan yang mengalun dengan indah dan implisit tentunya (jadi mikir-mikir dikit boleh lah…) bisa jadi daya tarik tersendiri.

Salah satu momen di buku ini yang terekam di memoriku itu mengenai pembahasan dalang dan wayang (terutama dalam seni wayang wong) yang dianalogikan seperti hubungan Tuhan dengan manusia.  Alur cerita dalam pewayangan murni dibuat oleh dalang, sedangkan wayang tinggal melakukan gerak-gerik sesuai karakternya dan kreativitasnya. 

Pada akhirnya, semua yang dilakukan manusia adalah atas kuasa dan arahan Tuhan (bisa melalui kitab suci sebagai pedoman mengkoneksikan diri dengan Tuhan).  Namun dengan catatan, manusia “bermain” sesuai karakternya dan tidak melenceng dari arahan tersebut.

Wayang Wong dan Dalang Saling Terkait (wayangsemarangan.pe.hu)

Di buku ini kita juga bisa belajar, bahwa memaknai kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita bukan hanya mementingkan ritual ibadah, dan cara berpakaian yang seakan-akan masih menjadi patokan kesalehan atau iman seseorang.  Tapi, berusaha menghadirkan Tuhan di dalam setiap derap langkah dan nafas kita.

Buku ini bisa dibaca siapa saja, tidak hanya seorang Muslim, membuktikan bahwa penulis memaknai keberagaman sebagai anugerah dan dengan cara yang indah. Well, Selamat Membaca!!!

Yang Menarik :

  • Bahasa khas budayawan yang implisit (bikin lebih mikir lah ya) namun tetap enak dan nyaman untuk dibaca 
  • Kalian bisa flashback ke masa-masa kecil dulu, bahwa kepolosan dan keingintahuan kalian yang besar adalah hal yang lumrah dan lucu kalau dingat-ingat, wkwkwk
  • Analoginya dekat dengan kita
  • Makna dari suatu cerita kadang out of the box, penuh kejutan

Yang Terasa Kurang/Saran :

  • Ada beberapa kosakata yang susah aku cerna (mungkin karena kekuranganku sendiri), tapi secara umum bagus 
  • Nggak terlalu paham soal lukisan yang ditampilkan di buku, apalagi warnanya hitam putih (apa memang cuma dua warna itu yaa?), hehehe

Salah Satu Bentuk Lukisan Sujiwo Tejo di Buku ini

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"