Skip to main content

REVIEW BUKU : ISLAM DIGITAL, SMART THINKING & ANTI HOAX


Cover Buku Islam Digital, Smart Thinking & Anti Hoax
Sinopsis Buku Islam Digital, Smart Thinking & Anti Hoax

Judul : Islam Digital, Smart Thinking & Anti Hoax
Penulis : Agus Mustofa
Genre : Agama Islam
Penerbit : PADMA Press
Tahun Terbit : 2018
Tebal Buku : 267 halaman
No ISBN : 978-979-1070-652
Harga Buku : 75.000 Rupiah diskon 15% jadi 63.750 Rupiah (Toko Buku Togamas) 


Cerita Singkat :

Jalan-jalan ke alun-alun tugu
Jangan lupa mampir ke balai kota
Islam digital bukan sekedar judul buku
Tapi juga cara pandang baru dalam beragama

Bagi masyarakat “jaman now”, mengerti teknologi adalah sebuah keharusan, namun bagai dua sisi mata uang, ada yang menggunakannya untuk hal yang menurut persepsi kita positif, namun banyak juga yang menggunakan untuk hal sebaliknya. 

Jika dirunut dari hal yang positif, masyarakat seharusnya makin cerdas karena semua pengetahuan-pengetahuan dengan mudah diakses lewat jari-jari kita.  Namun, terkadang, ada hal-hal kurang baik di internet yang tiba-tiba terekspose dan menarik mata kita untuk melihatnya.  Bagi masyarakat yang kurang terdidik dengan baik, jika hal itu menyenangkan, maka akan ditelisik semakin dalam hingga jadi kebiasaaan/kecanduan.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, tentu masyarakat dituntut untuk kritis, menggunakan akal untuk memilah-milah hal yang baik dan tidak serta tabayyun (mencari fakta/kebenaran yang terjadi sampai ke akar-akarnya).

Nah, hal tersebut berguna juga bagi masyarakat muslim tentunya. Contoh simpel adalah soal penafsiran akan suatu hal.  Dewasa ini, pendapat-pendapat yang bahkan disampaikan oleh ulama sangatlah banyak dan beragam, perbedaan itu jika tidak disikapi dengan bijak bisa memecah belah umat Islam.  

Terbukti bahwa ada pihak-pihak yang mengaku ustadz memprovokasi dengan memberikan stigma negatif untuk ulama lain.  Lalu ada yang menggunakan tameng agama untuk merebut kekuasaan dengan politik identitas, dan banyak hal lain yang tak bisa aku sebut, lagi-lagi bagaimana pandainya kita memilah sih.

Puisi berjudul Agama Digital Karya Agus Mustofa (Part 2)Puisi berjudul Agama Digital Karya Agus Mustofa (Part 1)

Puisi berjudul Agama Digital Karya Agus Mustofa (Part 3)

Buku ini sendiri menarik, kenapa? Karena mencoba untuk menghadirkan pemahaman baru bagaimana cara berislam di era digital.  Dilatarbelakangi juga oleh keresahan penulis akan semakin tertinggalnya kaum muslimin dalam hal ilmu pengetahuan, berbeda sekali dengan zaman dahulu ilmuwan-ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina dan Ibnu Batutah sangat dikenal karena kecerdasannya, sehingga terkesan orang muslim sekarang itu bodoh dan mudah dibohongi.

Agus Mustofa, yang secara konsisten menulis mengenai diskusi tasawuf modern (buku ini serial ke-46) juga mencoba menjelaskan beberapa hal yang bahkan masih menjadi perdebatan di kalangan kaum muslimin seperti bumi datar, turunnya nabi isa & dajjal dalam buku ini dengan metodologi ilmiah yang objektif, logis, rasional, dan empiris, bukan subjektif apalagi dogmatis (mengikuti ajaran tanpa kritik).

Yang jelas, buku ini recommended banget lah buat semua kaum muslimin.  Okay, selamat membaca…

Yang Menarik :
  • Bisa merekonstruksi pemikiran kaum muslimin di era disrupsi (kacau) seperti ini
  • Beberapa peristiwa yang selama ini masih jadi perdebatan di internal kaum muslimin bisa dijawab secara gamblang di buku ini (dalam penjelasannya, kebanyakan mengambil secara utuh dari beberapa ayat al-qur’an, tidak sepotong-sepotong)
  • Ada ilustrasi-ilustrasi yang makin menguatkan argumentasi penulis
Salah satu ilustrasi yang menguatkan argumentasi penulis buku ini
  • Runtut, mulai dari sejarah perkembangan teknologi

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"