Skip to main content

REVIEW BUKU : DUNIA ISKANDAR

Sinopsis Buku Dunia Iskandar
Cover Buku Dunia Iskandar
Judul : Dunia Iskandar
Penulis : Nuran Wibisono
Genre : Memoar
Penerbit : Indonesia Berdikari
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 180 halaman
No ISBN : 978-602-99292-9-4
Harga Buku : 37.000 Rupiah (bukukita.com)
 
Daya juangnya untuk mengembangkan industri rokok sejak hulu patut diapresiasi

Cerita Singkat :
 
Ada vape, ada rokok
Rupa-rupa rasanya
Pengembangan tembakau di lombok
Iskandar jagonya

Pertanyaan pertama dari kalian semua, pasti, apakah aku suka rokok? Jelas tidak!!!

Terus kenapa mau mbahas ini? Dulu nggak sengaja nemu di sebuah bazar buku, terus kok menarik membahas tentang rokok.  Akhirnya kepikiran, sebenarnya di tengah gencarnya kampanye anti rokok, perspektif dari para pelaku industri rokok itu seperti apa sih? Akhirnya kebeli deh buku ini, hehehe…

Oke, pertama yang jelas, jujur, awalnya, aku nggak tahu Iskandar itu siapa, walaupun beliau adalah salah satu orang PT. Djarum, salah satu perusahaan rokok terkemuka di Indonesia.  Bisa jadi, beliau adalah seseorang yang cukup dikenal di kalangan pengusaha dan petani tembakau.

Diceritakan dalam buku tersebut, Pria yang dikenal religius asal Sidoarjo ini sejak kecil memang telah bersentuhan dengan yang namanya tembakau, yaitu melalui neneknya yang seorang pengusaha tembakau, yang telah jatuh miskin akibat kesalahan dalam manajerial.


Dalam perjalanan hidupnya, ternyata setelah lulus dari Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Malang, beliau tidak langsung terjun ke bisnis tembakau, namun berbelok dulu ke Pabrik Gula (PG) Krian.  Setelah kecewa dengan berbagai sistem yang terdapat di Pabrik Gula milik negara tersebut, plus untuk karir yang lebih baik, dia memutuskan untuk pindah ke PT. Djarum.

Ditugaskan PT. Djarum di Lombok, beliau mulai menganalisa soal tembakau dari hulu hingga ke hilir.  Diceritakan disana bagaimana Iskandar terjun mulai dari hal yang paling dasar, yaitu tempat tembakau ditanam alias tanah, lalu cara Iskandar merubah pola pikir petani tembakau hingga membuat tanaman tembakau Virginia Flue Cured (FC) di Lombok menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia.

Tidak lupa, hal yang paling krusial dalam sistem ini adalah soal pendanaan.  Bagaimana beliau menjamin kepastian harga tembakau hingga kemudahan kredit bagi petani untuk pengembangan tembakau itu sendiri semua diceritakan dalam buku ini. 




Soal tembakau memang masih menjadi persoalan, ada yang mendukung karena menyangkut hajat hidup orang banyak, ada yang menolak karena biaya kesehatan yang ditanggung negara akibat penyakit yang ditimbulkan perokok aktif maupun pasif sangatlah besar, apalagi di negara-negara maju seperti di Benua Eropa, aturan tentang rokok sangatlah ketat.

Yap, namanya negara demokrasi pasti ada yang pro dan kontra, tinggal kalian memilih yang menurut hati nurani kalian yang lebih tepat yang mana.


Yang Menarik : 
  • Memberi pengetahuan lebih akan permasalahan industri rokok selama ini dan solusi konkrit yang bisa dilakukan
  • Buku ini cukup menarik bagi orang seperti aku yang tidak suka rokok tapi ingin ngerti bagaimana proses terbentuknya rokok dari hulu hingga ke hilir

Yang Terasa Kurang : 
  • Sedikit nggak sesuai ekspektasiku (dari membaca sinopsisnya di bagian belakang buku), yaitu ingin lihat perspektif pelaku industri rokok terhadap kampanye anti rokok yang gencar belakangan ini

Comments

Popular posts from this blog

PUISI : AR ROZZAQ (YANG MAHA PENABUR REZEKI)

Andaikan cukup banyak orang  yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsumsi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri Namun inilah zaman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap Inilah kurun sejarah  di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"

PUISI : AL BASHIR (YANG MAHA MELIHAT)

Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, Karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan  dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan dan mencampakannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna&

PUISI : AL 'ALIIM (YANG MAHA MENGETAHUI)

Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau... Gusti... Bertanya... Kenapa rejeki disebut bencana? Kenapa celaka dipujipuja? Kenapa ilmu menelan manusia? Kenapa miskin dianggap kaya? Kenapa oleh maya terbelalak mata? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Dikutip dari buku "Syair-Syair Asmaul Husna" Karya "Emha Ainun Nadjib"